Nitisemito Sang Raja Kretek di Indonesia yang sukses tanpa privilege (hak istimewa)

Banyak sekali orang Indonesia yang sukses tanpa Privilage. Contohnya saja Jokowi (presiden RI saat ini) yang menjabat selama 2 periode ,bahkan bisa dikatakan bahwa jokowi masuk dalam jawaban ini. Namun berhubungan denga banyaknya orang di Indonesia yang sukses karena hal tersebut, saya akan memilih orang yang memiliki kisah hidup yang lebih pahit, buta huruf namun memiliki karier yang gemilang.

Mungkin bagi Anda nama ini cukup asing dikarenakan masa kejayaan terjadi pada masa kolonial.

Nitisemito, sang raja kretek

Tidak diketahui secara pasti tangga berapa dia dilahirkan,Tapi yang pasti dia lahir pada tahun 1874 dengan nama Roesdi di Desa Janggalan. Ayahnya H. Soelaiman bekerja sebagai kepala desa yang membuat ayahnya menyuruh Roesdi untuk beersekolah supaya kelak akan mewariskan posisi ayahnya. Namun dia menolaknya dan lebih memilih bercita-cita menjadi seorang pedagang. Akibatnya,dia buta huruf sampai akhir hayat.

Menginjak usiake tujuh belas, Roesdi merantau ke Malang untuk bekerja sebagai buruh jahit. Bosan dengan pekerjaanya sebagai buruh jahit, Roesdi memulai usaha konveksinya di Malang. Namun Karena persaingan sengit, akhirnya Roesdi memutuskan untuk balik ke Kudus dan membuka usaha minyak kelapa. Usaha minyak kelapa tidak berjalan dengan baik karena orang kudus lebih meilih produksi  minyak rumahan. Roedi menngantikan usahanya menjadi usaha menjual kerbau karena masyarakat Kudus pada saat itu tidak mau makan sapi dan lebih memilih kerbau.Namun Naas, usahanya bangkrut karena ditipu. Roedi pun memilih bekerja sebagai dokar.

Selama menjadi dokar, Roesdi sering singgah di warung Mbok Nasilah. Hubungan yang dekat dengan Nasilah membuat Roesdi melangsungkan pernikahannya pada tahun 1894. Setelah menikah Roesdi mengganti namanya menjadi Nitisemito.

Sejak Nitisemito menikah dengan Nasilah,kedua pasangan tersebut mulai menciptakan rokok kretek yang nantinya akan membawa Nitisemito kepada kejayaan. Ide dari pembuatan rokok kretek bermula dari kebiasaan para orang yang singgah di warung Mbok Nasilah yaitu suka nyirih dan ampasnya suka dibuang secara sembarangan. Kebiasaan buruk ini membuat Nitisemito melakukan eksperimen dengan meracik tembakau yang dicampurkan cengkeh lalu dibungkus dengan daun jagung kering dan diikiat dengan benang. Rokok kretek hasil racikan Nitisemito mendapatkan respon yang positif dari orang yang singgah di warung. Semenjak itu warungnya menjadi bersih.

Selama menjual rokok kretek, kedua pasangan berbagi tugas. Nasilah bertugas meracik rokok sedangkan Nitisemito menjadi manajer produksi dan pemasaran. Tidak hanya penugasan yang berjalan dengan baik, Nitisemito selalu meminta kritik dan sarang atas rokok hasil racikannya.

Untuk meluaskan bisnis rokok kreteknya dan memperkenalkannya kepada orang banyak, Nitisemito memutuskan untuk memberi nama produknya. Awalnya dia memberi nama “Tjap Kodok Mangan Oelo” yang artinya okok Cap Katak Makan Ular. Nama yang dia berikan mendapatkan tawaan dan kritik dari konsumennya. Lalu, dia beri nama lainnya seperti “Tjap Soempil” dan “tjap Djeroek”. Lagi-lagi nama tersebut mendapatkan respon negatif. Akhirnya dia tidak memberikan nama produk rokok racikannya dan lebih memilih untuk menggambar tiga bulatan pada setiap bungkus rokoknya. Dari situlah konsumen menyarankan nama produknya seperti “Tjap Boelatan Tiga”,”Tjap Boendar Tiga”,”Tjap Bola Tiga,dan “Tjap Bal tiga”. Dari empat nama tersebut, pada tahun 1905 Tjap Bal Tiga menjadi nama produk rokok kretek racikan Nitisemito.

Usaha Rokok Tjap Bal Tiga semakin berkembang dimana rokok kreteknya tidak hanya diminati di kudus namun juga di luar kudus seperti semarang dan kota sekitarnya. Oleh karena itu, Nitisemito memutuskan untuk mendaftarkan produknya ke Pemerintah Hindia Belanda dan menambahkan nama M. Nitisemito. Di samping itu, perkembangan bisnis rokok kretek yang tajam membuat Nitisemito mengalihkan produksinya yang awalnya dilakukan oleh dia dan istrinya menjadi mempekerjakan orang kepercayaanya untuk memproduksi rokok kretek di rumah. Dalam usaha ini, Nitisemito hanya berperan sebagai penyedia bahan baku, membungkus rokok, dan mengawasi mutu rokok. Sistem ini dinamakan Sistem Abon

Sontak, Sistem ini membuat penjualan rokok meningkat dan biaya produksinya dapat ditekan. Namun, sistem abon ada kelemahannya yaitu lemahnya pengwasan. Ketika harga cengkeh naik, banyak orang kepercayaan Nitisemito memanfaatkan momen ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari komoditas cengkeh dengan cara yang curang. Porsi cengkeh pada rokok dikurangi dan porsi tembakau ditambah supaya rokok terlihat gelap. Cengkeh dijual untuk mendapatkan keuntungang. Akibatnya kualitas rokok menurun dan penjualan rokok juga mengalami hal yang sama. Dengan demikian, Nitisemito memutuskan untuk membuka pabrik di Desa Jati pada tahun 1918.

Semenjak dibukanya pabrik, Rokok Tjap BalTiga mengalami masa Golden Age. Pada masa itu, sekitar 10.000 buruh dipekerjakan di pabrik Rokok Tjap Bal Tiga. orang Belanda dipekerjakan di perusahaan Rokok Tjap Bal Tiga sebagai akuntan. Dan Penjualan rokok terbesar di Hindia Belanda bahkan sampai ke Singapura dan malaysia. Karena usahanya yang gemilang, Nitisemito diberikan julukan Raja Kretek dan saking suksesnya, Soekarnyo dalam pidato Sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945 bertetapan dengan hari lahirnya pancasila sempat menyinggung Nitisemito:

Sebagai tadi telah saya Katakan : kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus men-dukungnya. Semua buat semua ! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan Van Eck buat indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, – Semua nuat semua! Jika saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan gotong-royong.

Kekayaan yang dia peroleh digunakan untuk menyumbangkan jam-jam di beberapa masjid di Pulau Jawa. Saat musim lebaran, banyak orang-orang lokal Kudus yang mengatri panjang demi mendapatkan zakat fitrah sebesar 50 sen gulden. Dahulu 50 sen merupakan angka yang cukup besar dimana satu kg beras harganya 6 sen gulden. Bahkan, Nitisemito sempat bertemu dengan Bung karno secara diam-diam di Vila Nitisemito di Salatiga dan memberikan bantuan dana perjuangan kepada Soekarno.


Walaupun diabuta huruf dan terlahir bukan dari orang tua yang kaya raya ditambah lagi pada saat itu pengusaha jawa sangat jarang, beliau berhasil mengembangkan usaha rokoknya. Lalu bagaimana strategi beliau?

  • Pembagian wewenang yanng tepat sasaran

Meskipun dia bukan merupakan orang yang perpendidikan, Nitisemito piawai dalam memilih orang kepercayaanya. Beliau tidak memilih anak buahnya dari keluarganya namun dari orang yang jujur, cakap, dan berdedikasi tinggi. Tidak hanya itu saja, beliau juga memiliki insting yang tinggi disamping keterbatasan dan melakukan kaderisasi. Beliau memiliki anak buah yang dapat dipercaya yaitu Karmain dan Burhanudin Sabarudin. Bahkan saking percayanya beliau menikahkan Karmain dengan putri Nitisemito,Nafi’ah supaya bisa meneruskan bisnisnya dan menyertakan nama dia dalam setiap kemasan rokok dan cap surat.

  • Mengadakan undian berhadiah

Setiap orang yang membeli Rokok Tjap Bal Tiga disuruh untuk mengumpulkan bungkus rokok yang natinya dapat ditukarkan dengan arloji, tea set, cangkir, piring, baki dan sepeda yang ada logo Tjap Bal Tiga. Produk-produk tersebut semuanya buatan jepang dan untuk memeriahkan kegiatan promosi berhadiah, Mobil-mobil keliling dikerahkan untuk menampilkan hadiah dan peserta bisa mendapat hadiahnya dari mobil.

Selain mengarahkan mobil keliling, Tjap Bal Tiga membuka stand pada setiap pameran-pameran untuk menyukseskan promosinya dan peserta bisa mengumpulkan bungkusan rokok yang nantinya di undi untuk mendapatkan hadiah. Tidak hanya barang-barang yang disebutkan diatas, mobil sedan terbaru pun menjadi hadiahnya.

  • Sandiwara Keliling

Pada masa kolonial Belanda, sandiwara keliling merupakan sarana hiburan bagi rakyat biasa yang biasanya menampilkan komedi, nyanyian, dan tarian. Tjap Bal Tiga memanfaatkan kepopuleranya untuk mengadakan promosi dengan  menjadikan sponsor tunggal sandiwara. Selama sandiwara berlangsung, logo-logo Tjap Bal Tiga tertampang jelas dalam background dan juga pada peralatan-peralatan sandiwara.

  • Menjadi sponsor dalam pertandingan sepak bola, lomba balap sepeda, marathon dan lain-lain.
  • Melakukan pemasangan iklan di koran dan papan-papan di jalan, dan bahkan sampai di level pedagang es keliling.
  • Mendirikan radio
  • Mendanai Film Panggilan Darah
  • Melakukan cara yang anti-mainstream
  • Menolak kredit bank dan menggunakan kendaraan perusahaan dalam proses distribusi
  • Bungkus buatan luar
  • Kontrol mutu yang ketat 
  • Saling sharing
  • Memerhatikan karyawan

Dan itu berbagai cara agar bisnis Rokoknya berhasil hingga saat ini,

Singkat cerita, Pada tanggal 7 Maret 1953 Nitisemito telah Wafat.Anakanya, Soemadji Nitisemito yang awalnya diwariskan untuk melanjutkan bisnis rokok kretek, tidak tertarik untuk melanjutkannya sehingga pada tahun yang sama Tjap Bal Tiga resmi ditutup. Hal ini dikarenakan Soemadji kurang mendatkan bimbingan dari ayahnya.

Rumah peninggalan Nitisemito

Sepeninggal Nitisemito, keluarga-keluarganya lebih memilih hidup sederhana tanpa bergelimang harta. Meski begitu, aset-aset nya masih dipegang oleh cucu-cucunya. Pada tahun 2015,dikabarkan rumah kemabr ini dijual dengan harga mencapai Rp20miliar.


Fakta menarik:Pada masa kejayaanya, Nitisemito pernah menggelar pernikahan anak tertuanya, Soemadji Nitisemito selama tujuh hari malam. Tamu-Tamu yang diundang beragam mulai dari gelandangan, karyawan, bupadi hingga Gurbenur Jenderal Hindia Belanda pada masa itu, Tjarda van Starkenborgh. Saking banyaknya tamu yang diundang, resepsi pernikahan dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan kelas sosial. Kota kudus yang awalnya sepi menjadi meriah karena pernikahan anaknya Nitisemito.


Baca juga artikel menarik:

Konflik keluarga sebabkan industri kretek Nitisemito runtuh (3-habis)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mulai obrolan
Layanan konsumen
Hallo, Ada yang bisa kami bantu